Pages

Jumat, 19 Oktober 2012

Useless Life

Jujur aku akui, ini semua salahku. Aku yang memulai. Aku yang membuat hidupku sendiri hancur berkeping-keping, kehilangan arah dan tujuan. Semakin ku akui bahwa hidupku kini makin lama tak berguna. Tak ada artinya lagi di sini. Hanya akan disakiti dan menyakiti. Dilukai dan melukai. Bukankah seharusnya hidup itu saling kasih
mengasihi. Saling sayang menyayangi. Saling cinta mencintai. ….

Tapi haruskah semua menjadi kesalahan seutuhnya. Meskipun, aku tau ini hidupku. Aku tau akulah yang harus mengaturnya. Tapi sadarkah kalian semua. Sejua itu kulakukan karena kalian kalian lah yang berpengaruh akan semua ini. Perlakuan kalian kepadaku yang berbeda mambentuk sikapku yang seperti ini. Aku yang sudah tak dapat merasakan adanya cinta sejak aku lahir serta diajarkan keras sejak kecil membuatku menjadi seseorang yang keras yang selalu mengharapkan kasih sayang seseorang. Seseorang yang temperamen yang mudah sekali marah namun mudah pula untuk menangis. Aku yang bahakan selalu merasa sendiri di tengah keramaian, kegelapan di tempat yang terang benderang. Aku pun terbiasa memendam semuanya ini sendirian. Membuat hatiku semakin keras dan rentan dalam menghadapi masalah. Terutama akhir-akhir ini, kadang-kadang sulit bagiku berpikir logis dalam menghadapi semua masalahku. Perasaan sulit ini hanya kupendam sendiri. Tak pernah bisa kuungkapkan pada orang lain. Namun, aku selalu membuat semua orang menjadi sasaran amarahhku.

Sungguh tak pernah sekalipun maksud hatiku seperti itu. Kadang rasa sesal terus memenuhi hatiku ketika kuingat saat itu. Sungguh ku akui akulah makhluk paling berdosa di muka bumi ini. Betapa aku telah menyakiti mereka yang mungkin tak melakukan apapun padaku.

Sahabat selalu menjadi tanda tanya bagiku. Apa sih sahabat sebenarnya? Apa benar yang namanya sahabat itu ada? Selama ini seseorang yang kuanggap sahabat hanya akan mendatangiku ketika mereka membutuhkan. Saat tidak, mereka akan pergi meninggalkanku. bahkan di saat aku membutuhkan mereka, mereka tak ada. mereka hanya sibuk dengan kesenangan mereka pribadi. itukah arti sahabat? Itukah sahabat sesungguhnya? Tak dapat kupungkiri lagi bahwa semakin hari semua makin menyiksaku, kehilangan arah, kehilangan jejak, bahkan kehilangan tujuan. Satu per satu orang yang kusayangi pergi. Aku tak dapat lagi keluar dari keadaan ini. Semakin hari, kupikir bahwa terus hidup hanya membuang-buang waktu saja. Kalau ini bukan tempatku, mengapa aku harus ada? Mengapa tak lenyap saja aku untuk selamanya? Bukankah itu lebih baik untuk kalian? Bagiku juga tak ada masalahnya. Kalau memang itu yang membuat kalian bahagia kenapa tidak? Satu yang aku inginkan yaitu dapat berguna bagi semua orang. Kalau jalan itu dapat mewujudkannya, kenapa tidak?

Originated write : when they start to leave me


Tidak ada komentar: