Rahma Atikah Okdiza
Putri, terlahir sebagai gadis metropolitan berketurunan Sumatra Barat asli dari kedua orang tuanya pada tanggal 10
Oktober 1995 di daerah Kuningan, Jakarta. Ayah saya, Yofnedi Abrar, seorang
sarjana hukum yang sempat mengajar sebagai dosen tidak tetap bidang hukum di
beberapa universitas swasta di Jakarta dan sekarang sedang meniti karirnya
sebagai seorang konsultan hukum. Beliau lahir 47 tahun silam, tepatnya tanggal
11 April 1965 dari pasangan suami istri Abrar dan Animar. Sedangkan ibu saya,
Hurnaiza, adalah seorang lulusan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Jurusan Kimia. Beliau mengajar sebagai seorang guru kimia di 2 sekolah
menengah. Beliau lahir dari pasangan suami istri Saikani dan Kamidar 46 tahun
silam tepatnya, 18 agustus 1966.
Saya adalah seorang anak perempuan yang berperan sebagai
kakak sulung dari dua bersaudara. Adik laki-laki saya, Muhammad Rizki Maulidiza
Putra, lahir tanggal 27 Juni tahun 2000 di sebuah rumah sakit swasta terkenal
yaitu RS Harapan Kita. Dia adalah seorang pelajar di Sekolah Dasar Islam Nurul
Hikmah di kelas 6.
Keluarga kecil yang terdiri dari 4 orang ini tinggal di
sebuah perumahan kecil di daerah Kabupaten Tangerang tepatnya, Perumahan
Teratai Griya Asri Blok B1 no 4, Legok, Kab. Tangerang, Banten. Rumah yang
sederhana ini telah kami tempati kurang lebih selama 13 tahun.
Sebagai seorang anak yang lahir dalam lingkungan keluarga
yang berpendidikan, di mana orang tua saya sangat mengerti sekali pentingnya
sebuah pendidikan, saya telah mengenyam pendidikan sejak berumur 3-4 tahun.
Pendidikan formal pertama yang telah saya dapatkan yaitu sebuah kelas playgroup
di sebuah taman kanak-kanak di daerah Bojong Nangka bernama TK Permata Hati,
dilanjutkan langsung ke kelas TK B di Taman Kanak-kanak Islam Al-Anshor.
Sekitar umur 5-6 tahun, saya didaftarkan ke sebuah sekolah dasar berbasis Islam
oleh kedua orang tua saya yaitu SDI Sunan Bonang. Pada awalnya, saya adalah
seorang anak yang biasa-biasa saja dalam prestasi di sekolah. Namun berkat
ajaran yang keras dari orang tua saya yang sangat mementingkan pendidikan bagi
anak-anaknya, saya berhasil menjadi juara kelas di jenjang berikutnya. Prestasi
saya selama di sekolah dasar ini mengalami perkembangan yang dinamis. Saya
tidak selalu berada di atas, terkadang peringkat saya pun menurun. Hal ini
disebabkan oleh persaingan yang ketat antara saya dan teman-teman saya, apalagi
semenjak kelas 4 semua siswa berkemampuan lebih disatukan dalam satu kelas
unggulan dan selama 3 tahun berikutnya saya berjuang merajut prestasi saya di
kelas itu bersama teman-teman saya yang tak banyak berubah orang-orangnya. Di
sekolah ini terdapat kebijakan beasiswa bagi siswa berprestasi secara umum di
angkatannya. Setiap juara 1,2 dan 3 dari setiap kelas dalam satu angkatan akan
diuji kembali di semester berikutnya untuk dilihat siapa di antara orang-orang
tersebut yang memang unggul daripada yang lainnya. Dan suatu pengalaman menarik
bagi saya karena ketika saya duduk dibangku kelas 5 saya telah terplih untuk
mendapatkan beasiswa tersebut sehingga untuk satu semester berikutnya saya
terbebas dari kewajiban untuk membayar uang sekolah. Pengalaman menarik lainnya
yang saya dapatkan ketika duduk di kelas 5 ini yaitu saya dan temen satu tim
saya, Shabrina Amalia dan Maulina Istiana berhasil mencapai tingkat kabupaten
untuk olimpiade IPS tingkat SD. Walaupun saya tidak lulus sebagai lulusan
terbaik dari sekolah ini tapi saya tetap bangga karena telah berhasil merajut
berbagai pengalaman menarik dalam bidang prestasi.
Lulus sekolah dasar, awalnya saya dan orang tua saya sempat
kebingungan agar saya meneruskan pendidikan saya di mana. Terutama saat itu
sekolah menengah yang mutunya cukup terjamin sebagian besar berada di wilayah
Kota Tangerang, sedangkan pemerintah kota hanya memberikan kesempatan 5% dari
seluruh siswa dan siswi baru yang berasal dari daerha kabupaten yang hendak
masuk ke kota. Kebijakan ini membuat saya dan orang tua saya pesimis untuk mendaftarkan
saya ke salah satu sekolah di kota dan berencana untuk memilih sekolah di
daerah kabupaten yang akreditasnya tidak sebaik di kota. Namun berkat dorongan
dari guru-guru sekolah dasar saya yang yakin sekali dengan kemampuan saya,
akhirnya saya memutuskan untuk mencoba mendaftar ke salah satu sekolah di kota
yang memang bukan sekolah terbaik namun memiliki prestasi dan akreditasi yang
bagus di daerah kota. Sebuah niatan yang awalnya hanya ingin mencoba saja,
ternyata di ridhoi dengan baik oleh Allah SWT. sehingga saya lolos ke sekolah
itu. Sebenarnya saya pun juga mengikuti tes untuk pendaftaran sekolah di
kabupaten, dan hasilnya ternyata nilai saya adalah nilai tertinggi yang masuk
ke sekolah itu. Namun pada akhirnya saya memilih untuk sekolah di kota.
Meskipun jauh dari rumah, dapat mencapai sekitar 50 menit dengan kendaraan
umum, namun saya yakin perjuangan untuk mendapatkan ilmu itu pasti akan dibalas
dengan kebaikan.
Sekolah Menengah Pertama Negeri 19 Kota Tangerang, 3 tahun
saya menuntut ilmu di sini banyak sekali pengalaman yang saya pelajari di sini.
Semenjak masuk SMP saya sudah mulai dilepas untuk belajar sendiri oleh orang
tua saya. Selain karena saya dianggap telah lebih mandiri dalam hal belajar,
ibu saja sudah mulai kerja kembali sebagai seorang guru setelah dulu sempat
berhenti dari pekerjaannya setelah melahirkan adik saya. Jarak sekolah dengan
rumah yang cukup jauh, menuntut saya untuk mampu bangun pagi setiap harinya
tanpa melupakan satu hal apapun di rumah, karena untuk kembali lagi ke rumah
dengan alasan mengambil sesuatu yang tertinggal hanya akan membuang waktu dan
uang. Masa-masa SMP saya jalani dengan gairah mas muda yang baik. Dulu, salah
satu alasan kedua orang tua saya ragu untuk menyekolahkan saya di tempat yang
jauh karena ketika SD kondisi kesehatan saya sangatlah buruk. Namun, dengan
semangat tulus dari lubuk hati saya unyuk membuktikan pada orang tua saya kalau
saya mampu, saya menjalani 3 tahun SMP saya dengan sehat walafiat. Mungkin
hanya serangan flu yang terkadang datang ketika musim hujan tiba. 3 tahun saya
SMP prestasi saya cukup memuaskan. 2 tahun pertama peringkat saya tak beranjak
dari posisi kedua. Namun, di tahun terakhir saya berhasil meningkatkan
peringkat ke posisi pertama msekipun saya akui sebenarnya kemampuan saya
mengalami penurunan di tahun terakhir. Prestasi saya naik pada tahun ini
berhubung saya masuk di kelas yang memang kemampuan siswanya biasa-biasa saja,
walaupun beberapa ada juga yang bagus prestasinya, namun tidak mendominasi
seperti di kelas sebelumnya. Sebagai seorang remaja yang aktif, saya terpilih
menjadi salah seorang anggota pengurus OSIS yang memegang bagian kesenian dan
kebudayaan. Banyak hal menarik yang saya dapatkan bersama teman-teman saya
pengurus OSIS lainnya terutama tentang pengetahuan dalam berorganisasi. Saya
merasakan ikat kekeluargaan yang dekat sekali dengan pengurus OSIS lainnya.
Begitu banyak kegiatan dan permasalahan yang kita hadapi saat menjabat telah
menguatkan sebagai anak-anak yang lebih dibandingkan yang lain. Suatu pengalaman
yang tak bisa tergantikan bagi saya.
Masa muda bukan berarti hanya dipenuhi dengan kegiatan
mengejar prestasi. Layaknya seorang pemuda biasa, saya jalani masa muda saya
dengan mencari berbagai pengalaman dengan banyak teman. Seringkali saaya menjadi
tempat konsultasi bagi teman-teman dekat saya yang sedang punya masalah. Dan
banyak dari saran saya memang berhasil untuk mereka. Dan seperti gadis-gadis
umumnya, saya juga sempat mengalami ketertarikan dengan teman lawan jenis saya.
Namun, ketertarikan ini tidak berkembang kea rah yang terlalu jauh, karena saat
itu saya merasa lebih baik banyak mencari teman dulu untuk menambah pengalaman
hidup saya sendiri.
Lulus SMP, saya bersyukur sekali karena sebelum pengumumamn
hasil UN diumumkan saya sudah mendapatkan SMA untuk melanjutkan pendidikan saya
berikutnya. Di sinilah saya sekarang berada, SMA Negeri Cahaya Madani Banten
Boarding School. Tak terfikir awalnya oleh saya akan melanjutkan sekolah di
asrama. Awalnya, saya tertarik mendengar cerita teman saya SD saya yang
melanjutkan SMP di pesantren. Saya pun tertarik untuk mencoba mendaftar di
Insan Cendikia yang dasarnya memang bukan pesantren utuh dan juga memiliki
beasiswa. Namun, setelah tau tentang SMAN CMBBS dan melihat kemungkinan
diterima lebih besar dibandingkan di IC, saya coba untuk fokus tes di CMBBS dan
ternyata saya pun berhasil mandapatkannya. Saya menjadi satu-satunya dan
pertama kalinya siswa dari SMP saya yang berhasil masuk di sini. Dan kini di
sinilah saya menjalani kehidupan saya sebagai seorang pelajar SMA yang hidup di
tengah-tengah siswa-siswa pilihan lainnya dari seluruh Provinsi Banten.
Itu tadi adalah sekilas tentang riwayat pendidikan saya.
Kini saya akan coba ceritakan beberapa hal mengenai pribadi saya sendiri.
Saya adalah seorang penikmat musik sejati yang senang
menyanyi dan menari. Apresiasi saya untuk seni cukup tinggi tak hanya untuk
musik ataupun tari, saya juga memiliki ketertarikan khusus pada bidang sastra.
Meskipun saya tak punya kemampuan yang cukup baik dalam merangkai kata, tapi
hobi saya membaca karya-karya fiksi, terutama karya-karya penulis Inggris,
membuat saya punya apresiasi yang cukup tinggi dalam penggunaan bahasa sastra.
Beberapa kali saya coba untuk berlatih, namun cukup sulit karena kemampuan saya
labih mudah terealisasikan dalam kondisi hati yang saya pun memang mau dan
tidak dipaksakan.
Saya sangat menyukai kucing meskipun banyak orang selalu
menghina karena seperti yang kita tahu bulu kucing memang berbahaya bagi
perempuan. Maka saya pun mulai mengurangi kedekatan saya dengan hewan berbulu
yang satu ini. Saya suka sekali dengan warna biru dan jingga.
Tentang cita-cita, awalnya saya bercita-cita menjadi
seorang dokter. Namun, setelah saya lalui perjalanan sekolah saya sejauh ini,
saya mulai merasa kemampuan saya tidak terlalu cocok di bidang kedokteran,
sehingga saya berubah pikiran untuk melanjutkan ke bidang farmasi. Saya juga
bercita-cita untuk mendapatkan beasiswa S2 di Jepang.
Motto hidup saya adalah jalani kehidupan ini seperti apa
adanya diri kita sendiri.
Sekian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar