Pages

Kamis, 10 Mei 2012

My autobiograph

Sebenernya udah lama banget pengen nge-share tugas bahasa indonesia gue ini. Soalnya siapa tau aja ada readers yang butuh contoh autobiografi. Silahkan di simak readers :D



Rahma Atikah Okdiza Putri, terlahir sebagai gadis metropolitan berketurunan Sumatra Barat  asli dari kedua orang tuanya pada tanggal 10 Oktober 1995 di daerah Kuningan, Jakarta. Ayah saya, Yofnedi Abrar, seorang sarjana hukum yang sempat mengajar sebagai dosen tidak tetap bidang hukum di beberapa universitas swasta di Jakarta dan sekarang sedang meniti karirnya sebagai seorang konsultan hukum. Beliau lahir 47 tahun silam, tepatnya tanggal 11 April 1965 dari pasangan suami istri Abrar dan Animar. Sedangkan ibu saya, Hurnaiza, adalah seorang lulusan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Kimia. Beliau mengajar sebagai seorang guru kimia di 2 sekolah menengah. Beliau lahir dari pasangan suami istri Saikani dan Kamidar 46 tahun silam tepatnya, 18 agustus 1966.
          Saya adalah seorang anak perempuan yang berperan sebagai kakak sulung dari dua bersaudara. Adik laki-laki saya, Muhammad Rizki Maulidiza Putra, lahir tanggal 27 Juni tahun 2000 di sebuah rumah sakit swasta terkenal yaitu RS Harapan Kita. Dia adalah seorang pelajar di Sekolah Dasar Islam Nurul Hikmah di kelas 6.
          Keluarga kecil yang terdiri dari 4 orang ini tinggal di sebuah perumahan kecil di daerah Kabupaten Tangerang tepatnya, Perumahan Teratai Griya Asri Blok B1 no 4, Legok, Kab. Tangerang, Banten. Rumah yang sederhana ini telah kami tempati kurang lebih selama 13 tahun.
          Sebagai seorang anak yang lahir dalam lingkungan keluarga yang berpendidikan, di mana orang tua saya sangat mengerti sekali pentingnya sebuah pendidikan, saya telah mengenyam pendidikan sejak berumur 3-4 tahun. Pendidikan formal pertama yang telah saya dapatkan yaitu sebuah kelas playgroup di sebuah taman kanak-kanak di daerah Bojong Nangka bernama TK Permata Hati, dilanjutkan langsung ke kelas TK B di Taman Kanak-kanak Islam Al-Anshor. Sekitar umur 5-6 tahun, saya didaftarkan ke sebuah sekolah dasar berbasis Islam oleh kedua orang tua saya yaitu SDI Sunan Bonang. Pada awalnya, saya adalah seorang anak yang biasa-biasa saja dalam prestasi di sekolah. Namun berkat ajaran yang keras dari orang tua saya yang sangat mementingkan pendidikan bagi anak-anaknya, saya berhasil menjadi juara kelas di jenjang berikutnya. Prestasi saya selama di sekolah dasar ini mengalami perkembangan yang dinamis. Saya tidak selalu berada di atas, terkadang peringkat saya pun menurun. Hal ini disebabkan oleh persaingan yang ketat antara saya dan teman-teman saya, apalagi semenjak kelas 4 semua siswa berkemampuan lebih disatukan dalam satu kelas unggulan dan selama 3 tahun berikutnya saya berjuang merajut prestasi saya di kelas itu bersama teman-teman saya yang tak banyak berubah orang-orangnya. Di sekolah ini terdapat kebijakan beasiswa bagi siswa berprestasi secara umum di angkatannya. Setiap juara 1,2 dan 3 dari setiap kelas dalam satu angkatan akan diuji kembali di semester berikutnya untuk dilihat siapa di antara orang-orang tersebut yang memang unggul daripada yang lainnya. Dan suatu pengalaman menarik bagi saya karena ketika saya duduk dibangku kelas 5 saya telah terplih untuk mendapatkan beasiswa tersebut sehingga untuk satu semester berikutnya saya terbebas dari kewajiban untuk membayar uang sekolah. Pengalaman menarik lainnya yang saya dapatkan ketika duduk di kelas 5 ini yaitu saya dan temen satu tim saya, Shabrina Amalia dan Maulina Istiana berhasil mencapai tingkat kabupaten untuk olimpiade IPS tingkat SD. Walaupun saya tidak lulus sebagai lulusan terbaik dari sekolah ini tapi saya tetap bangga karena telah berhasil merajut berbagai pengalaman menarik dalam bidang prestasi.
          Lulus sekolah dasar, awalnya saya dan orang tua saya sempat kebingungan agar saya meneruskan pendidikan saya di mana. Terutama saat itu sekolah menengah yang mutunya cukup terjamin sebagian besar berada di wilayah Kota Tangerang, sedangkan pemerintah kota hanya memberikan kesempatan 5% dari seluruh siswa dan siswi baru yang berasal dari daerha kabupaten yang hendak masuk ke kota. Kebijakan ini membuat saya dan orang tua saya pesimis untuk mendaftarkan saya ke salah satu sekolah di kota dan berencana untuk memilih sekolah di daerah kabupaten yang akreditasnya tidak sebaik di kota. Namun berkat dorongan dari guru-guru sekolah dasar saya yang yakin sekali dengan kemampuan saya, akhirnya saya memutuskan untuk mencoba mendaftar ke salah satu sekolah di kota yang memang bukan sekolah terbaik namun memiliki prestasi dan akreditasi yang bagus di daerah kota. Sebuah niatan yang awalnya hanya ingin mencoba saja, ternyata di ridhoi dengan baik oleh Allah SWT. sehingga saya lolos ke sekolah itu. Sebenarnya saya pun juga mengikuti tes untuk pendaftaran sekolah di kabupaten, dan hasilnya ternyata nilai saya adalah nilai tertinggi yang masuk ke sekolah itu. Namun pada akhirnya saya memilih untuk sekolah di kota. Meskipun jauh dari rumah, dapat mencapai sekitar 50 menit dengan kendaraan umum, namun saya yakin perjuangan untuk mendapatkan ilmu itu pasti akan dibalas dengan kebaikan.
          Sekolah Menengah Pertama Negeri 19 Kota Tangerang, 3 tahun saya menuntut ilmu di sini banyak sekali pengalaman yang saya pelajari di sini. Semenjak masuk SMP saya sudah mulai dilepas untuk belajar sendiri oleh orang tua saya. Selain karena saya dianggap telah lebih mandiri dalam hal belajar, ibu saja sudah mulai kerja kembali sebagai seorang guru setelah dulu sempat berhenti dari pekerjaannya setelah melahirkan adik saya. Jarak sekolah dengan rumah yang cukup jauh, menuntut saya untuk mampu bangun pagi setiap harinya tanpa melupakan satu hal apapun di rumah, karena untuk kembali lagi ke rumah dengan alasan mengambil sesuatu yang tertinggal hanya akan membuang waktu dan uang. Masa-masa SMP saya jalani dengan gairah mas muda yang baik. Dulu, salah satu alasan kedua orang tua saya ragu untuk menyekolahkan saya di tempat yang jauh karena ketika SD kondisi kesehatan saya sangatlah buruk. Namun, dengan semangat tulus dari lubuk hati saya unyuk membuktikan pada orang tua saya kalau saya mampu, saya menjalani 3 tahun SMP saya dengan sehat walafiat. Mungkin hanya serangan flu yang terkadang datang ketika musim hujan tiba. 3 tahun saya SMP prestasi saya cukup memuaskan. 2 tahun pertama peringkat saya tak beranjak dari posisi kedua. Namun, di tahun terakhir saya berhasil meningkatkan peringkat ke posisi pertama msekipun saya akui sebenarnya kemampuan saya mengalami penurunan di tahun terakhir. Prestasi saya naik pada tahun ini berhubung saya masuk di kelas yang memang kemampuan siswanya biasa-biasa saja, walaupun beberapa ada juga yang bagus prestasinya, namun tidak mendominasi seperti di kelas sebelumnya. Sebagai seorang remaja yang aktif, saya terpilih menjadi salah seorang anggota pengurus OSIS yang memegang bagian kesenian dan kebudayaan. Banyak hal menarik yang saya dapatkan bersama teman-teman saya pengurus OSIS lainnya terutama tentang pengetahuan dalam berorganisasi. Saya merasakan ikat kekeluargaan yang dekat sekali dengan pengurus OSIS lainnya. Begitu banyak kegiatan dan permasalahan yang kita hadapi saat menjabat telah menguatkan sebagai anak-anak yang lebih dibandingkan yang lain. Suatu pengalaman yang tak bisa tergantikan bagi saya.
          Masa muda bukan berarti hanya dipenuhi dengan kegiatan mengejar prestasi. Layaknya seorang pemuda biasa, saya jalani masa muda saya dengan mencari berbagai pengalaman dengan banyak teman. Seringkali saaya menjadi tempat konsultasi bagi teman-teman dekat saya yang sedang punya masalah. Dan banyak dari saran saya memang berhasil untuk mereka. Dan seperti gadis-gadis umumnya, saya juga sempat mengalami ketertarikan dengan teman lawan jenis saya. Namun, ketertarikan ini tidak berkembang kea rah yang terlalu jauh, karena saat itu saya merasa lebih baik banyak mencari teman dulu untuk menambah pengalaman hidup saya sendiri.
          Lulus SMP, saya bersyukur sekali karena sebelum pengumumamn hasil UN diumumkan saya sudah mendapatkan SMA untuk melanjutkan pendidikan saya berikutnya. Di sinilah saya sekarang berada, SMA Negeri Cahaya Madani Banten Boarding School. Tak terfikir awalnya oleh saya akan melanjutkan sekolah di asrama. Awalnya, saya tertarik mendengar cerita teman saya SD saya yang melanjutkan SMP di pesantren. Saya pun tertarik untuk mencoba mendaftar di Insan Cendikia yang dasarnya memang bukan pesantren utuh dan juga memiliki beasiswa. Namun, setelah tau tentang SMAN CMBBS dan melihat kemungkinan diterima lebih besar dibandingkan di IC, saya coba untuk fokus tes di CMBBS dan ternyata saya pun berhasil mandapatkannya. Saya menjadi satu-satunya dan pertama kalinya siswa dari SMP saya yang berhasil masuk di sini. Dan kini di sinilah saya menjalani kehidupan saya sebagai seorang pelajar SMA yang hidup di tengah-tengah siswa-siswa pilihan lainnya dari seluruh Provinsi Banten.
          Itu tadi adalah sekilas tentang riwayat pendidikan saya. Kini saya akan coba ceritakan beberapa hal mengenai pribadi saya sendiri.
          Saya adalah seorang penikmat musik sejati yang senang menyanyi dan menari. Apresiasi saya untuk seni cukup tinggi tak hanya untuk musik ataupun tari, saya juga memiliki ketertarikan khusus pada bidang sastra. Meskipun saya tak punya kemampuan yang cukup baik dalam merangkai kata, tapi hobi saya membaca karya-karya fiksi, terutama karya-karya penulis Inggris, membuat saya punya apresiasi yang cukup tinggi dalam penggunaan bahasa sastra. Beberapa kali saya coba untuk berlatih, namun cukup sulit karena kemampuan saya labih mudah terealisasikan dalam kondisi hati yang saya pun memang mau dan tidak dipaksakan.
          Saya sangat menyukai kucing meskipun banyak orang selalu menghina karena seperti yang kita tahu bulu kucing memang berbahaya bagi perempuan. Maka saya pun mulai mengurangi kedekatan saya dengan hewan berbulu yang satu ini. Saya suka sekali dengan warna biru dan jingga.
          Tentang cita-cita, awalnya saya bercita-cita menjadi seorang dokter. Namun, setelah saya lalui perjalanan sekolah saya sejauh ini, saya mulai merasa kemampuan saya tidak terlalu cocok di bidang kedokteran, sehingga saya berubah pikiran untuk melanjutkan ke bidang farmasi. Saya juga bercita-cita untuk mendapatkan beasiswa S2 di Jepang.
          Motto hidup saya adalah jalani kehidupan ini seperti apa adanya diri kita sendiri.
Sekian.

Tidak ada komentar: